English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Yup sobat blogger, menuju kesuksesan memang butuh proses, dari hal kecil sampai hal besarpun terhitung proses. Ketika sudah hampir mencapai puncak keberhasilan namun ternyata anda tiba-tiba gagal, jangan menyerah! coba lagi dan lagi dan pula pelajarilah apa kesalahan anda di Kegagalan yang lampau. Oke sobat Blogger kembalinya saya menulis artikel sendiri kali ini akan membahas tentang 4 Cara Ampuh Sukses dalam Hal Usaha.

1. Persiapan


Persiapan bisa berupa barang, niat, ataupun modal. Tanpa hal ini apa yang akan anda bangun? Niat saja tidak bagaimana mau Sukses? Modal saja tidak punya bagaimana memulainya? Barangnya saja tidak ada bagaimana mau lancar? Ingat siapa yang bersungguh sungguh maka akan dimudahkan Jalannya.

"Innama A'malu bin Niat"

Sesungguhnya segala perbuatan itu berawal dari Niat.


2. Kerja Keras



Inti utama adalah Kerja Keras, Kesuksesan akan tidak terjamin jikalau Berusahanya malas - malasan. Maka dari itu berusahalah dengan keras, apapun hasilnya jika buruk maka coba lagi dan coba lagi.

3. Kesabaran

 


Sabar memang ada batasnya, tapi dalam hal ini jangan kehabisan kesabaran, karena kesabaran berlawanan dengan rasa putus asa. Hadapilah semua kegagalan atau persaingan dengan sabar dan jujur, niscaya Kesuksesan itu akan berakhir bahagia.

4. Tawakkal


Setelah Persiapan, Kerja Keras dan Kesabaran langkah terakhir adalah Tawakkal atau berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Cukup mudah untuk melakukan hal ini, tinggal berdo'a dan melakukan perintahnya saja.

Berikut Artikel yang saya tulis sendiriSemoga Bermanfaat. Mohon Maaf bila ada kesalahan Kata.


ARTIKEL TERKAIT :



SURABAYA, KOMPAS.com — Enam tahun mendatang, pemerintah menargetkan Indonesia bersih dari sampah. Target tersebut seiring kampanye pembudayaan kegiatan "Reduce, Reuse, dan Recycle" sampah (3R) kepada seluruh lapisan masyarakat. 

Komitmen tersebut ditegaskan dalam "Deklarasi Menuju Indonesia Bersih 2020" yang digelar di Taman Surya depan Balaikota Surabaya, Senin (24/2/2014). 

Hadir dalam deklarasi nasional tersebut Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sejumlah lembaga terkait, dan perwakilan daerah serta provinsi seluruh Indonesia

Menurut Balthasar, pertambahan penduduk Indonesia pada 2025 akan mencapai 270 juta dari total 237 juta saat ini. Dengan jumlah penduduk itu, diperkirakan akan dihasilkan 130 ribu ton sampah per hari. 

"Saat ini sampah masih dianggap penyebab polusi, padahal dapat direproduksi untuk bahan energi," katanya. 

Pemerintah sendiri untuk mendukung kegiatan 3R tersebut sudah mengembangkan sejumlah proyek percontohan 3R di sejumlah provinsi. Sejak 2010, melalui Kementerian Pekerjaan Umum, sudah dibangun 336 fasilitas 3R. 

"Namun upaya tersebut tidak akan optimal tanpa dukungan semua elemen masyarakat dalam membudayakan 3R," tambahnya.

Poin deklarasi antara lain menurunkan timbunan sampah dengan target sampah terolah 3R minimal 20 persen pada 2019, menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor sampah sebesar 6 persen pada 2020, dan mengubah cara pandang masyarakat bahwa sampah adalah bahan berguna dan bermanfaat. 

Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah Hari Peduli Sampah karena dinilai memiliki kelebihan dalam hal penanganan masalah sampah, serta sebagai kota yang memiliki komitmen program ramah lingkungan.

Sumber : regional.kompas.com

Sejarah, latar belakang serta tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses kemerdekaan RI

Latar Belakang

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau Dokuritsu Junbi Cosakai, berganti nama menjadi PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km disebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.

Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong, Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan.Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana--yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dinihari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apapun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs.Moh. Hatta kembali ke Jakarta.

Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.

Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.

Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi


Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta


Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pernah mewacanakan untuk melegalkan lokalisasi. Namun belum sempat terealisasi, wacana ini mendapatkan kritikan dan cercaan dari berbagai pihak.

Menanggapi hal tersebut, Ahok mengatakan, pernyataan itu hanya untuk menyindir pihak-pihak yang sok suci dan tidak setuju dengan adanya prostitusi. Padahal mereka mengetahui adanya praktik lokalisasi terselubung.

"Makanya saya bilang tidak ada izin lokalisasi, cuman saya bilang, tidak usah munafik, menurut kamu sekarang ada tidak pelacuran di hotel-hotel?," tegasnya.

"Di Bongkaran Tanah Abang aja ada pelacuran kelas murah, semua orang tahu, tapi tidak ada yang mau ngaku. Makanya saya nyindir gitu loh. Daripada munafik, kenapa tidak diresmiin," tambahnya.

Ketika ditanyai mengenai pihak-pihak yang dimaksud oleh dirinya, Ahok tidak mau memberikan informasi lebih lanjut. "Seluruhnya juga munafik. Kita semua munafik," jelasnya.

Alasan mewacanakan legalitas lokalisasi, Ahok mengaku hanya muslihat belaka. Karena memang negara ini tidak mengakomodasi akan terbentuknya sebuah daerah khusus yang menampung para pekerja seks komersial.

"Iya dong. Secara UU, mungkin kita beragama, kita ini sangat beragama dan rohani, pelacur tidak boleh, tapi korupsi boleh," ujar mantan Bupati Belitung Timur ini.

Seperti diketahui, Ahok mengaku lebih senang jika prostitusi dilokalisasi. Menurutnya dengan adanya lokalisasi maka lebih mudah melakukan sosialisasi mengenai bahaya HIV AIDS. "Kalau dikumpulkan jadi satu kita lebih mudah melakukan penyuluhan," ujar Ahok dalam acara Rembuk Provinsi 2013 sesi ke-2 di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, Senin (2/12).

Selain itu, mantan Bupati Belitung Timur menambahkan, dengan terkoordinirnya para penjaja seks lebih dapat didata. Lebih dari itu, dia mengatakan akan mengirimkan para tokoh agama untuk memberikan pencerahan. "Nanti kita kirim ustad dan pastur ke sana," tambah Ahok.

Sumber : www.merdeka.com

Satpol PP Wilayatul Hisbah (WH) Aceh menggelar razia penegakan aqidah, akhlak dan syiar Islam. Semua yang melintasi jalan raya di Simpang Mesra Banda Aceh menuju ke Darussalam dihentikan yang tidak menggunakan pakai muslimah, demikian juga laki-laki yang mengenakan celana pendek.

Pantauan merdeka.com, Rabu (5/2), WH juga sempat menghentikan dua orang wanita tidak mengenakan jilbab. Setelah diperiksa, ternyata wanita tersebut non-muslim, maka petugas langsung melepaskan perempuan itu.




RUBEN Abu Bakr, pria asal Australia yang sangat humoris. Semula, ia adalah seorang atheis. Akan tetapi, belakangan ia berhasrat mencari keberadaan Tuhan. Dia kemudian mempelajari seluruh agama, mulai dari Kristen, Katolik, Budha, Hindu hingga yahudi.




Kisah Ruben bermula ketika ia duduk di bangku kuliah. Kala itu, ia harus menghadapi beragam peristiwa berat. Sahabatnya tewas karena narkoba. Tidak lama kemudian, orang tuanya bercerai. Ia pun dilanda kemiskinan.

“Bahkan, anjing peliharaanku pun mati,” tutur Ruben

Frustrasi atas musibah kematian kerabat yang terus dihadapinya, ia pun bertanya-tanya tentang tujuan hidup. Tentu, hidup tak sekadar untuk mati. Berangkat dari pemikiran itu, ia pun mencari keberadaan Tuhan dengan meneliti setiap agama yang ada.



Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatian Ruben untuk diselidiki. Hal ini mengingat hampir semua temannya menganut agama berkitab suci Injil tersebut. Ruben pun menuju gereja dan mendapati orang-orang yang bernyanyi memuji Tuhan dan mengatakan Tuhan Maha Pengasih. Pengalaman pertamanya ke gereja tak serta-merta membuat Ruben puas. Ia terus mempelajari Kristen, termasuk tentang Katolik, Anglikan, Baptisme, imam, pendeta, dan lain sebagainya. Ia pun memiliki banyak pertanyaan mengenai Kristen dan merasa tak cocok dengan agama ini.

Pencarian pun berlanjut. Ia beralih menyelidiki agama Buddha. Kebetulan, Ruben yang bekerja paruh waktu di pom bensin berteman dengan seorang beragama Buddha. Ia tercengang ketika tahu Tuhan Buddha berkepala gajah.

“Mengapa pria memiliki kepala gajah? Dapatkah kita memilih kepala singa? Atau sesuatu yang lebih perkasa?” tanya Ruben kepada temannya.

Ruben menganggapnya tidak logis. Ia juga sempat mempelajari agama Mormon. Awalnya, dia menilai, ajaran agama ini sangat baik karena tidak memperbolehkan penganutnya meminum alkohol, kafein, dan cola. Namun, Ruben tidak menemukan kebaikan iman di agama ini. Ia kemudian menyelidiki agama Yahudi. Namun lagi-lagi, Ruben tidak menemukan apa yang ia cari.

Merasa upayanya sia-sia, Ruben pun menemui seorang temannya untuk berkonsultasi. Si teman yang beragama Kristen pun bertanya, “Bagaimana dengan Islam?”

Ruben pun sontak menolak. ”Apa? Islam? Untuk apa aku menyelidiki agama terorisme? Gila!” seru Ruben.

Bagai menelan air ludah. Terbukti, lidah Ruben tak sesuai dengan tubuhnya. Ia kemudian melangkah memasuki masjid ketika suatu kali melewatinya.

“Aku tidak tahu apa yang menggerakkanku, yang jelas aku mengenakan sepatu dan langsung masuk begitu saja. Aku pikir, aku akan mati di masjid karena aku satu-satunya orang kulit putih.” Kata Ruben

Ruben pun bertemu dengan seorang pria berperawakan besar asal Timur Tengah, berjanggut dan mengenakan gamis. Ruben menggambarkannya mirip para tersangka teroris. Yang mengagetkan, sosok tersebut menyapa sangat ramah, bahkan menyuguhkan sajian layaknya menerima tamu.

”Namanya Abu Hamzah. Aku tak pernah membayangkan akan mendapat perlakuan seperti ini,” kenang Ruben.

Ruben pun serta-merta menanyakan banyak hal tentang Islam. Misalnya, mengapa Abu Hamzah berjanggut dan mengapa Muslimah berhijab. Ia menanyakan pula mengenai praktik poligami dan lain sebagainya. Saat itu, Ruben dengan sombong menyangka pertanyaan itu sangat berat dan akan menyulitkan Abu Hamzah. Namun, lagi-lagi Ruben tercengang. Abu Hamzah mengambil Al-Quran dan menjelaskannya sesuai firman Allah SWT.

“Mereka selalu membuka Al-Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini sendiri. Mereka mengatakan tak boleh beropini tentang firman Tuhan,” tutur Ruben terpesona.

Ia pun membawa pulang sebuah kitab Al-Qur’an dari masjid tersebut. Ruben membaca terjemahannya dan sangat terkagum-kagum. Ia terpesona bagaimana Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia. Butuh enam bulan bagi Ruben untuk menelaah Al-Qur’an, hingga ia menyimpulkan, ”Inilah yang aku cari dan perlukan.”

Dari tahap awal tersebut, Ruben pun berpikir untuk menantang Allah SWT. sebelum benar-benar bersyahadat dan memeluk Islam. Ia menyalakan lilin, duduk di dekat jendela, seraya berkata,

“Allah, ini adalah saat bagi saya untuk terjun ke Islam. Yang saya butuhkan hanya sebuah tanda. Hanya tanda kecil, mungkin sedikit petir, atau mungkin rumah yang runtuh.”

Lama ia menunggu, tidak ada tanda apa pun. Lilin yang ia harapkan padam sebagaimana yang sering ia lihat di film, tidak terjadi. “Ayolah Allah, satu saja,” Ruben memaksa.

Namun, tetap tidak ada apa pun yang terjadi. Ruben merasa kecewa kepada Allah. Dengan perasaan kecewa, Ruben kembali membuka Al-Qur’an, kemudian membaca ayat,
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu. Dan, bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT.) bagi kaum yang memahami-(nya).”

Membaca ayat tersebut, bulu roma Ruben berdiri. Ia segera lari ke tempat tidur dan sembunyi di balik selimut. Berkeringat dingin, ia tidak mampu melakukan apa pun saking takutnya.

“Betapa arogan aku menuntutNya, padahal matahari dan semua yang diciptakan-Nya merupakan tanda…”

Kapok menantang Allah SWT. Ruben pun kembali ke masjid dan bermaksud mengucapkan syahadat. Jamaah di masjid pun menyaksikan perubahan hidup Ruben menuju kebaikan.

Namun, Ruben mengaku kesulitan saat harus mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.

“Bisakah aku mengucapkannya dengan bahasa Inggris?” tawarnya kepada Abu Hamzah.

Tentu saja, permintaan Ruben tidak diizinkan. Meski harus berkali-kali keseleo lidah, akhirnya Ruben mampu bersyahadat. Usai mengucapkan syahadat, seluruh jamaah pria di masjid pun menciumnya. Saat itu, masjid dipenuhi jamaah karena bertepatan dengan hari pertama Ramadhan. Menurut Ruben, baru kali itu ia dicium begitu banyak pria. Namun, ia sangat senang. Ini peristiwa sangat berharga dan tak mungkin ia lupakan.

Sementara itu, keluarganya merasa cemas dengan keislaman Ruben. Mereka menyangka putra mereka telah masuk ke dalam kelompok teror.

“Mereka takut jika nanti aku memegang senapan AK 47 dan granat,”kata Ruben sembari tersenyum. Namun, hari demi hari, orang tua Ruben justru mendapati anaknya menjadi pribadi yang patuh dan baik. Mereka pun menyukai perubahan Ruben.

Bahkan, sang ayah ikut tertarik membaca Al-Quran. Dan berkata “Kini, kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan, dipercaya, dan dapat dimintai tolong,”

Sumber : http://www.lampuislam.blogspot.com/
Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?

intifada1Perang adalah pertempuran antara kedua belah pihak atau lebih yang mungkin sekali menimbulkan korban atau tidak, berikut 10 Perang paling Dahsyat di Dunia.

Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah, salah satu syaratnya harus bisa menjadi teladan dan panutan, baik di negaranya maupun di dunia. Tetapi tetap saja, sesuai kodratnya sebagai manusia, pemimpin negara tidaklah sempurna. Mereka juga memiliki kekurangan yang tidak layak dicontoh. Apa saja kebiasaan-kebiasaan mereka yang tidak pantas ditiru?